Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Budaya Organisasi

Perusahaan Jepang, baik yang ada di Indonesia ataupun luar negeri terkenal sangat unggul dan termasuk cepat dalam mencapai tangga kesuksesan, karena menggunakan pendekatan adaptasi budaya dalam penjualan produknya. Keunggulan kompetitif produk Jepang adalah budaya organisasi yang akan menjadi “key-drivers. Budaya organisasi adalah “soft side,” sedangkan bagian “hard side” meliputi struktural, sistem produksi, teknologi, dan desain. 1. Pengertian Budaya Organisasi Schein (dalam Munandar, 2001) menjelaskan bahwa budaya organisasi terdiri dari asumsi-asumsi dasar yang dipelajari, baik sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya, maupun sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dari dalam organisasi. Schein (dalam Munandar, 2001) juga menjelaskan bahwa budaya organisasi terdiri dari 3 tingkat. Pertama , adalah perilaku dan artifact, terdiri dari perilaku yang dapat diamati. Kedua adalah nilai-nilai, terdiri dari pola-pola perilaku yang

Kaizen

Kunci sukses dari perusahaan Jepang bersaing di era globalisasi saat ini adalah karena mereka menerapkan konsep kaizen di setiap pergerakan bisnisnya. Jika diterapkan secara utuh dan konsisten, kaizen bisa mengantarkan organisasi menuju puncak kejayaan. Di bawah ini, saya akan mencoba untuk memberikan penjelasan mengenai konsep kaizen yang sudah sangat terkenal ini.  Imai (1986) menjelaskan bahwa kaizen merupakan salah satu pendekatan budaya yang berasal dari negara Jepang dengan tujuan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan dalam budaya kerja. Kaizen adalah improvement yang dilakukan secara berkelanjutan oleh semua anggota dalam organisasi baik dari level manajer sampai karyawan biasa. Strategi kaizen merupakan hal yang sangat penting dalam konsep manajemen negara Jepang. Kaizen lebih mengutamakan pada process-oriented dibandingkan result-oriented. Jadi, segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan harus disempurnakan terlebih dahulu sebelum memperoleh hasil yang baik

Tingkah Laku Inovatif

Definisi Tingkah Laku Inovatif.. Semakin bertambahnya persaingan di dunia bisnis saat ini menuntut organisasi untuk melakukan inovasi guna kepentingan perubahan dalam bertahan dan berkompetisi. Inovasi dalam sebuah organisasi dapat terjadi jika organisasi memiliki karyawan dengan tingkah laku inovatif yang tinggi. Karyawan yang berinisiatif untuk melakukan inovasi pada organisasinya memang dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap efektivitas organisasi (Ancona & Caldwell; Amabile; &Kanter dalam Nindyati, 2009). Scott dan Bruce (dalam Carmeli, Meitar, & Weisberg, 2006) juga menemukan bahwa tingkah laku inovatif yang dilakukan oleh individu merupakan pondasi bagi high performance sebuah perusahaan. Ditambah lagi, karyawan yang produktif pada saat ini adalah karyawan yang termasuk ke dalam generasi Y. Karakteristik khusus dari generasi Y ini adalah keinginan melakukan inovasi. Keberhasilan dari hal ini adalah adanya tingkah laku yang nyata untuk mewujudkan inovas

Biru...

Aku biasa memanggilnya Biru.. Aku mengenalnya saat aku berjuang menyelesaikan skripsiku yang entah telah kutinggalkan berapa lama. Kami mulai intens komunikasi setelah Biru berhasil menghantarkan ku menggenggam gelar sarjana. Bagi sebagian orang,  meraih gelar sarjana memang perkara yang tidak sulit untuk ditempuh.  Tapi buatku yang lebih menyukai aktivitas motorik ketimbang duduk membaca buku dan mengetik berjam jam di depan laptop, sungguh butuh perjuangan yang luar biasa.  Dan berkat Biru semuanya terasa ringan. Akhirnya, setelah beberapa tahun aku berhutang kepada orang tuaku.  Lunas sudah karena bantuan Biru.. Biru adalah salah satu tenaga pengajar di kampusku.  Awalnya sebelum kami komunikasi secara intens, aku memang sudah mengidolakan dia.  Pernah satu waktu ketika aku sedang berjibaku membuat latar belakang penelitian, Biru menghampiriku. Di atas kekacauan meja perpustakaan karena aku mengumpulkan banyak buku referensi tanpa kutau mana yang harus aku gunakan,  Biru ke

Perbedaan Generasi dalam Dunia Kerja

Perbedaan Generasi.. “Ihh nyebelin deh bos gw susah banget diajak komprominya. Mikirnya ,msh konservatif bgt, gak mau trima perubahan" "Duh, kapan dikasih feed back nya sih ini laporan gw. Kayaknya udah 3 hari yg lalu gw kasih. Tapi kok blm di feed back juga yaa" Dua kejadian seperti ilustrasi di atas mungkin sering dialami oleh para new comer dalam sebuah organisasi di dalam atmosfer pekerjaan sehari-hari. Terutama, jika memilki atasan yang usianya terpaut lumayan jauh, sekitar usia 40 atau 50 tahun.  Konflik seperti ini pasti sering bgt dialami. Karena tidak tahu penyebabnya apa dan bagaimana menghadapi situasi itu, banyak pada new comer yang akhirnya give up dan memilih untuk resign karena merasa sulit beradaptasi. Melalui tulisan ini, saya ingin mencoba untuk sharing sedikit mengenai salah satu hal yang mungkin menjadi stimulus terjadinya kondisi tersebut. Ada sebuah teori yang disebut sebagai Generation Theory (Teori Generasi). Pengetahu

Cerita Kehamilan Ektopik (Ectopic Pregnancy)

“Perjalanan Bangkit dari Ectopic Pregnancy (Kehamilan Ektopik)” Tergugah untuk share tentang pengalaman ini sebagai tanda "kekuatan" untuk para pejuang KE di luar sana.. Beginning . . . 06 Desember 2014 saya menikah. Sebagai pasangan pengantin baru, keinginan yang paling membludak dalam hati adalah “memiliki anak”. Apakah itu wajar? Ya, pastilah sangat wajar. Salah satu tujuan berumah tangga pasti untuk memiliki keturunan, generasi penerus dalam keluarga. Ditambah lagi, saat bertemu kerabat atau teman, pertanyaan yang paling sering mereka lontarkan adalah “Sudah hamil belum?”, dibandingkan dengan bertanya mengenai kabar diri saya atau suami sendiri. Jadilah, saya semakin gundah gulana saat bulan Januari kok “tamu bulanan” masih datang juga. Ah, pasti ada yang salah nih dengan metode “reproduksi anak” yang saya dan suami lakukan. Jadilah saya merengek pada suami untuk mencari tahu dan bertanya pada teman-temannya yang istrinya “cepat hamil”, bagaimana sih metode re