I love my job.. ya, kiranya memang itu yang mesti dirasakan oleh semua pribadi yang setiap hari menjalankan aktivitasnya untuk mencari rezeki..
Baik itu sebagai seorang karyawan ataupun pengusaha. Pekerjaan adalah hal yang paling intens menemani kita setiap hari. At least selama 8 jam x 5 hari, kita bersama pekerjaan kita.
Bukan hanya dijalankan sebagai kewajiban semata, pekerjaan juga hendaknya dijadikan layaknya seorang sahabat baik, yang dapat membantu kita untuk mengasah potensi diri hingga pada puncak teratasnya kita dapat mencapai aktualisasi diri. Mencintai pekerjaan yang dijalankan juga dapat menghindari diri kita dari reaksi emosi negatif yang mungkin saja ditimbulkan dari aktivitas pekerjaan sehari-hari. Stress, kejenuhan, konflik dengan partner kerja merupakan hal yang tidak dapat dikontrol, karen stimulusnya bisa saja datang dari source yang tidak kita duga.
Oleh karena itulah, jika sudah timbul rasa cinta dengan pekerjaan yang kita jalani, pastilah segala hambatan atau kondisi yang tidak menyenangkan dapat kita atasi dengan baik.
Tidak mudah memang untuk benar-benar mencintai pekerjaan. Namun, setidaknya kita harus memulainya, karena itulah jembatan untuk menuju sebuah aktualisasi diri.
“Perjalanan Bangkit dari Ectopic Pregnancy (Kehamilan Ektopik)” Tergugah untuk share tentang pengalaman ini sebagai tanda "kekuatan" untuk para pejuang KE di luar sana.. Beginning . . . 06 Desember 2014 saya menikah. Sebagai pasangan pengantin baru, keinginan yang paling membludak dalam hati adalah “memiliki anak”. Apakah itu wajar? Ya, pastilah sangat wajar. Salah satu tujuan berumah tangga pasti untuk memiliki keturunan, generasi penerus dalam keluarga. Ditambah lagi, saat bertemu kerabat atau teman, pertanyaan yang paling sering mereka lontarkan adalah “Sudah hamil belum?”, dibandingkan dengan bertanya mengenai kabar diri saya atau suami sendiri. Jadilah, saya semakin gundah gulana saat bulan Januari kok “tamu bulanan” masih datang juga. Ah, pasti ada yang salah nih dengan metode “reproduksi anak” yang saya dan suami lakukan. Jadilah saya merengek pada suami untuk mencari tahu dan bertanya pada teman-temannya yang istrinya “cepat hamil”, bagaimana sih metode re
Komentar
Posting Komentar